Hal
yang paling ku benci pada diriku sendiri adalah ketika aku merasakan cinta yang
teramat pada seseorang namun aku hannya bisa diam tanpa bisa mengutarakannya.
Hal ini terjadi beberapa kali ketika aku beranjak remaja. Entah apa yang ada di
pikiranku, aku selalu gugup ketika harus berhadapan dengan orang yang aku cinta
itu. Aku selalu merasa takut untuk mengutarakannya karena aku takut respon yang
akan ku terima tak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Jangankan pada sosok
yang kucinta, dengan temanku saja aku tak pernah mau mengatakannya hingga aku
berbohong tentang siapa sosok yang aku cinta itu. Sampai pada akhirnya orang
yang aku cinta itu menemukan kebahagiaan nya dengan sosok lain. Pada saat
itulah aku tak punya pilihan selain terluka. Cinta yang terus saja tumbuh
dihatiku menjadi sia-sia, tak pernah
diketahui olehnya dan selalu ku sembunyikan. Aku tau hal ini pasti sangat
bodoh. Namun, sebesar apapun rasa yang tumbuh didalam hatiku, tak akan pernah
sampai keluar dari ucapanku siapa sosok yang tengah mendiami hatiku itu. Jika
saja itu terucap dari mulutku, itu bukan sosok yang sesungguhnya ada dalam
hatiku. aku sangat heran mengapa aku sangat berbeda dari orang-orang
disekitarku, mengapa mereka begitu mudah mengucap cinta dan perasaannya pada
semua orang bahkan pada sosok yang mereka cinta itu? Aku sangat ingin tau apa
alasannya dan mengapa aku tak bisa seperti mereka?
Bagiku
cinta adalah sebuah harapan, harapan yang selalu tumbuh tanpa bisa ku hentikan
dan harapan itu hannya milikku. Harapan yang ku bangun dengan setulus hatiku,
jadi untuk apa ku beri tau padanya jika harapan yang sudah ku bangun dengan
susah payah pada akhirnya jatuh pada orang yang salah? Lebih baik ku
sembunyikan sampai harapan itu akan patah dengan sendirinya. Memang terlihat pengecut,
tapi aku memang tidak bisa melakukan yang menurutku itu bukan diriku
sesungguhnya. Karena aku selalu percaya akan datangnya keajaiban ketika harapan
yang ku miliki akan sama besarnya dengan sosok yang ada dihatiku. Aku akan
menutup kedua telingaku ketika orang-orang selalu mencemooh pada apa yang aku
percayai itu karena mereka tak pernah tau apa yang kurasakan. Aku hannya perlu
percaya pada diriku. Ya, hannya itu!